Jumat, 11 September 2009

Pergerakan Mahasiswa (By : Nita Trianita)

Keresahan kini hinggap di kalangan para aktivis mahasiswa. Mereka beranggapan bahwa kondisi para aktivis mahasiswa yang terjadi sekarang ini adalah momentum surutnya pergerakan mahasiswa. Keresahan akan banyaknya ketidakadilan di kalangan kampus atau masyarakat pada umumnya kini tidak lagi di rasakan oleh para mahasiswa, padahal “keprihatinan dan keresahan adalah bibit timbulnya kekritisan” karena kekritisan akan selalu membawa mahasiswa untuk mempertanyakan kebenaran. Namun sebuah pertanyaan muncul, masihkah ada ‘keresahan’ itu dalam diri mahasiswa? Satu hal yang patut di waspadai oleh gerakan mahasiswa yang mulai kehilangan ruh nya.

Sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan antara pergerakan mahasiswa dahulu dengan skarang, hanya saja terdapat perbedaan pada tantangan zaman saja yang mengakibatkan orang banyak berfikir bahwa pergerakan mahasiswa kini melemah. Untuk membuktikan apakah ada perbedaan antara pergerakan mahasiswa dahulu dan kini, cobalah kita telisik sejarah pergerakan mahasiswa di negeri ini. Mahasiswa mulai menunjukan jati dirinya pada tahun 1966, tepat ketika di gulirkannya pemerintahan Orde Baru karena mahasiswa memiliki posisi yang cukup strategis, yaitu sebagai kontrol sosial yang efektif bagi pemerintahan. Mahasiswa berani mengidentifikasikan diri pada peran politik dan puncaknya terjadi saat penggulingan rezim Soeharto. Mahasiswa mencoba untuk meruntuhkan rezim yang sudah bercokol di pemerintahan selama 32 tahun lebih.

Seharusnya euphoria sejarah kini ditimbulkan pada diri mahasiswa karena euphoria tersebut dapat dijadikan penyambung semangat agar pergerakan mahasiswa kini tidak melemah. Mahasiswa kadang kurang sadar bahwa mereka mempunyai banyak kelebihan untuk menjadi kontrol sosial yang masih idealis (baca:tak mencari keuntungan). Salah satunya adalah faktor pendidikan yang dipadukan dengan idelisme tinggi dari sosok pemuda. Hal ini seharusnya menjadikan mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan-kebijakan, baik yang beredar di tataran fakultas, universitas ataupun di masyarakat. Tetapi mahasiswa bukanlah malaikat yang tidak memiliki kelemahan “generasi sekarang tidak sampai merasakan kesulitan pada zaman 90-an”. Tidak adanya perasaan senasib sepenanggungan mungkin memberikan andil besar dalam penurunan pergerakan mahasiswa kini.

Beberapa faktor yang menyurutkan gerakan mahasiswa kini yaitu kenaikan biaya masuk kuliah yang mengakibatkan adanya pembatasan mahasiswa, baik kualitas maupun kuantitas. Hal ini berdampak sangat signifikan karena kini yang dapat mengakses pendidikan dan informasi pada saat ia akan menjadi seorang mahasiswa adalah orang-orang yang memiliki cukup uang untuk mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan. Dalam sejarah, golongan ini belum pernah menghasilkan perubahan yang fenomenal walaupun tokoh-tokoh pergerakan nasional banyak lahir dari golongan menengah ke atas, tetapi dirasa kini golongan ini sudah tidak lagi relevan untuk berada pada garis terdepan gerakan mahasiswa.

Pergerakan Mahasiswa : Cita-Cita Yang Terus Berlanjut

Ada benarnya bahwa pergerakan mahasiswa kini belum surut dan hal ini dapat di buktikan dengan adanya kompetisi organisasi ekstra kampus yang sangat marak dengan beragam idealisme masing-masing. Tetapi banyaknya arena tempat mengapresiasi pergerakan mahasiswa tidak serta merta membuat para mahasiswa (baca: mahasiswa yang aktif dalam gerakan) merasa tenang. Banyak dari mereka yang masih berpendapat bahwa orientasi pergerakan mahasiswa mulai bergerak ke arah ‘ekonomis’ yang merupakan dampak dari liberalisasi pendidikan. Hal ini juga banyak menimbulkan dampak yang negatif, salah satunya adalah sikap apatis mahasiswa. Biaya kuliah yang tinggi, tuntutan agar lulus cepat, memaksa mahasiswa untuk fokus terhadap kuliahnya sehingga melupakan sisi-sisi sosial yang berada di jalur non kuliah.

Banyak yang harus diupayakan dalam memperbaiki situasi pergerakan mahasiswa yang berkembang pada saat ini. Pengoptimalan peran yang dimainkan oleh para mahasiswa adalah salah satu cara dalam mengupayakan kembalinya pergerakan mahasiswa yang efekektif. Semua pihak pada umumnya dan semua mahasiswa pada khususnya dapat dengan mudah bergerak untuk melakukan dan memantau dalam masalah kebijakan dan harapannya timbul sikap untuk memperjuangkan ketidakadilan dalam proses pembuatan kebijakan tersebut.

Partisipasi adalah sebuah keniscayaan dalam merubah pernyataan turunnya efektifitas pergerakan mahasiswa. Kini sudah saatnya tidak hanya mahasiswa yang bergerak di wilayah eksekutif saja seperti BEM atau organisasi ekstra kampus saja yang bisa menjadi kontrol sosial bagi fakultas, universitas, maupun pemerintah, tetapi saatnya untuk semua civitas akademika (mahasiswa) kembali sadar bahwa CITA-CITA PERGERAKAN MAHASISWA HARUS DITERUSKAN

Rabu, 09 September 2009

KEKERASAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN GERAKAN MAHASISWA

KEKERASAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN GERAKAN MAHASISWA

by Mahda Aziza L.

sepekan yang lalu telah terjadi aksi unjuk rasa disertai pembakaran dan pengrusakan. Awalnya, sekelompok orang menggelar Temu Aktivis Lintas Generasi. Acara bermula di Tugu Proklamasi, dengan menggelar diskusi dan orasi. Di hari kedua mereka melakukan aksi turun ke jalan, mendatangi beberapa universitas dan mengajak para mahasiswanya untuk bergabung untuk menolak kenaikan BBM. Di Jalan Sudirman para demonstran membakar ban bekas dan puncaknya pembakaran mobil di depan kampus Atmajaya.
Aksi ini mengundang celaan dari banyak pihak. Keluhan muncul di media massa.
Masyarakat merasa dirugikan dan tidak simpati dengan aksi tersebut. Sempat muncul kekawatiran tragedi kerusuhan Mei 1998 akan terulang. Untungnya kekawatiran ini tidak terjadi. Namun yang jelas aksi unjuk rasa ini berakhir ricuh.
Para dosen Universitas Atmajaya menyatakan bahwa mahasiswa mereka tidak turut campur dengan aksi tersebut. Beberapa pihak terutama dari kalangan kampus, yang semula ikut bergabung dalam Temu Aktivis Lintas Generasi, segera menarik dukungannya. Sebagian merasa dikhianati oleh aksi yang penuh dengan kekerasan tersebut.
Kasat mata jelas terlihat telah terjadi tindak pengrusakan oleh aktivis dan mahasiswa. Amat disayangkan, mahasiswa yang selama ini dikenal mampu bersikap layaknya orang berpendidikan, mengapa kini bisa berubah beringas semacam itu?
Dalam penanganan aksi massa yang berkaitan dengan penyampaian hak sipil, polisi sering dinilai anti-demokrasi oleh kalangan aktivis. Di lain pihak, demonstran yang berlaku secara anarkis bila didiamkan akan semakin tidak terkendali dan dapat membahayakan aparat maupun masyarakat. Maka dalam hal ini aparat keamanan dituntut untuk makin professional.
Supremasi hukum adalah syarat mutlak bagi demokrasi. Banyak cara yang lebih kreatif untuk menyampaikan aspirasi tanpa merugikan orang lain dan tetap mendapat perhatian media massa. Karena itu kebrutalan harus diredam demi melindungi kepentingan yang lebih besar. Jika gagal, hukum menjadi tidak berdaya dan mengancam demokrasi itu sendiri.
Apakah aksi mahasiswa rentan dengan kekerasan? Apakah pemicunya? Apakah selama ini perjalanan Gerakan Mahasiswa Indonesia penuh dengan kekerasan? Apakah perlakuan aparat juga ikut berperan memicu terjadinya kekerasan? Apakah bisa di peta-kan, seperti apa kelompok mahasiswa yang penuh dengan aksi anarkis dengan kelompok mahasiswa yang lebih mendahulukan aksi damai? jawabannya adalah ya, karena aksi mahasiswa tersebut didorong oleh rasa tidak puas puas terhadap sistem pemerintahan yang ada. itulah pemicu utama mengapa gerakan mahasiswa selau berakhir ricuh. tetapi sebagian mahasiswa yang berpikiran rasional dapat melekukan aksi mereka secara damai. Mereka dapat berpikir lebih dewasa dan lebih rasional. Aksi-aksi mahasiswa yang brutal akan terus terjadi apabila mereka tidak dapat berpikir jernih dan mereka selalu merasa tidak puas dengan kinerja pemerintah seperti contoh diatas.

Pergerakan Mahasiswa (by Sheila Sylviana)

Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa. Organisasi ini dapat berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus, organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan lintas-kampus. Sebagian organisasi mahasiswa di kampus Indonesia juga membentuk organisasi mahasiswa tingkat nasional sebagai wadah kerja sama dan mengembangkan potensi serta partisipasi aktif terhadap kemajuan Indonesia, seperti organisasi Ikahimbi dan ISMKI. Di luar negeri juga terdapat organisasi mahasiswa berupa Perhimpunan Pelajar Indonesia, yang beranggotakan pelajar dan mahasiswa Indonesia.

Berbagai macam organisasi mahasiswa saat ini rasanya sudah tidak asing lagi. Umumnya setiap perguruan tinggi memiliki organisasi kemahasiswaan intra kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Himpunan Mahasiswa (HIMA).


Organisasi Mahasiswa seringkali dikaitkan sebagai cikal bakal perjuangan nasional. Hal ini terbukti dengan adanya peristiwa yang hingga kini masih dikenang, peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR RI yang diawali dengan tragedi Trisakti.


Pendudukan Gedung DPR/MPR RI adalah peristiwa monumental dalam proses pelengseran Soeharto dari tampuk kekuasaan Presiden dan tuntutan reformasi. Dalam peristiwa ini, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus bergabung menduduki gedung DPR/MPR untuk mendesak Soeharto mundur.


Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.


Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri. Namun akhirnya para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan. Dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam.


Setelah peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998, seluruh lapisan masyarakat Indonesia berduka dan marah. Akibatnya, tragedi ini diikuti dengan peristiwa anarkis di Ibukota dan di beberapa kota lainnya pada tanggal 13—14 Mei 1998, yang menimbulkan banyak korban baik jiwa maupun material.


Semua peristiwa tersebut makin meyakinkan mahasiswa untuk menguatkan tuntutan pengunduran Soeharto dari kursi kepresidenan. Pilihan aksi yang kemudian dipilih oleh kebanyakan kelompok massa mahasiswa untuk mendorong turunnya Soeharto mengerucut pada aksi pendudukan gedung DPR/MPR.


Pada tanggal 21 Mei 1998, setelah berhari-hari para mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR, dan setelah kurang lebih 32 tahun berkuasa, Soeharto mengumumkan berhenti dari jabatan presiden.


Peristiwa tersebut merupakan satu dari sekian banyak pergerakan mahasiswa oleh organisasi mahasiswa di seluruh Indonesia.

Peran Gerakan Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi (by Uswatun Khasanah)

Secara definitif, korupsi adalah sebuah tindakan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau segolongan orang untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Atau dalam bahasa yang lain, perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang memperkaya diri sendiri, melanggar hukum, dan merugikan orang lain/bangsa. Sudah berpuluh tahun bangsa Indonesia menderita keterpurukan akibat perbuatan segilintir masyarakat yang memiliki kekuasaan dan menyalahgunakannya untuk memperkaya diri sendiri.

Sudah menjadi fitrah mahasiswa yang notabene direpresentasikan sebagai pemuda gelisah ketika melihat sesuatu yang salah terjadi di hadapannya. Kerugian yang diderita oleh bangsa ini dan semakin dahsyat peningkatannya setelah reformasi 1998 membuat mahasiswa harus berhenti sejenak menarik nafas dan mereleksikan kembali perjuangan yang telah dilakukan di tahun-tahun lalu. Ada sesuatu yang tertinggal dan belum terselesaikan dalam rangka reformasi Indonesia ke arah yang lebih baik. Cengkraman orde baru semakin kokoh ke sektor-sektor penguasaan hajat hidup orang banyak. Korupsi di BUMN menempati peringkat tertinggi jauh meninggalkan peringkat kedua dan ketiganya, DPR/DPRD dan Pemerintah Daerah. Keterpurukan yang semakin menjadi-jadi dalam masyarakat kita. Kapitalis semakin mengurat akar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Budaya konsumtif dan having fun telah menjadi tren. Sekarang musuh gerakan mahasiswa tidak hanya sebuah hegemoni kekuasaan yang tampak, tapi juga yang tidak tampak kini telah menampar kaum idealis. Gerakan mahasiswa kini blur dalam mengambil tindakan. Masing-masing elemen gerakan tidak berada dalam satu strategi yang sama dalam mengisi perbaikan. Kekuatan mahasiswa yang utama, intelektual, idealism, dan kebersamaan perlahan mulai melemah. Kebersamaan dalam mengusung satu gerakan yang sama harus tercerai berai oleh egoism.

Kondisi yang tertatih-tatih tidak membuat mahasiswa harus berhenti bergerak. Genapi kekuatan, perkecil kekurangan. Permasalahan besar bangsa ini tampak kembali, meski ternyata adalah sebuah gunung es korupsi. Mengembangkan kapasitas diri juga harus parallel dengan wacana kebangsaan yang dimiliki.
Korupsi adalah sebuah penyakit komplikasi dengan banyak dokter yang menangani, salah satunya adalah gerakan mahasiswa. Secara kultural, kita bisa melakukan sebuah pendidikan kepada masyarakat (civic education). Pendidikan yang diberikan terbagi menjadi dua bagian, sektor kejiwaan (erat kaitannya dengan agama) dan sektor intelektual. Pendidikan ini akan menjadi alat bagi masyarakat dalam memilah dan menganalisa kasus korupsi yang terjadi dalam institusi-institusi masyarakat. Itu semua merupakan sebuah upaya sederhana yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka perbaikan global yang juga digagas oleh elemen-elemen lain disamping mahasiswa dalam rangka menumpas korupsi. Mereka yang juga bersama-sama kita enggan hidup bersama korupsi juga harus menjadi aliansi kita, karena korupsi sekali lagi adalah sebuah penyakit komplikasi yang bisa dsembuhkan tidak hanya dengan satu dokter.

Gerakan Mahasiswa dari jaman ke jaman (by Witri Dina Hasiana)

Pembuktian sejarah gerakan mahasiswa Indonesia, sesuai dengan konteks jamannya, haruslah memberikan kesimpulan apakah gerakan tersebut, dalam orientasi dan tindakan politiknya, benar-benar mengarah dan bersandar pada problem-problem dan kebutuhan struktural rakyat Indonesia. Orientasi dan tindakan politik cermin daripada bagaimana mahasiswa Indonesia memahami masyarakatnya, menentukan pemihakan pada rakyatnya serta kecakapan merealisasi nilai-nilai tujuan ideologinya.

Karena pranata mahasiswa merupakan gejala pada masyarakat yang telah memiliki kesadaran berorganisasi, dan mahasiswa merupakan golongan yang di berikan kesempatan sosial untuk menikmati kesadaran tersebut, maka asumsi bahwa gerakan mahasiswa memberikan penghargaan yang tinggi terhadap kegunaan organisasi dalam gerakkannya adalah absah. Dengan demikian kronologi sejarah gerakan mahasiswa harus memperhitungkan batasan bagaimana mahasiswa memberikan nilai lebih terhadap organisasi.Gerakan mahasiswa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perang-perang heroik dan patriotik didalam dan diluar negri, penyebaran ideologi liberal, nasionalisme, komunisme, sosial-demokrat, dan islam, serta kondisi ekonomi politik.

Gerakan mahasiswa pun telah ada semenjak jaman penjajahan Belanda.Murid-murid STOVIA mencoba memulai gerakan dengan mendirikan Trikoro Dharmo. Gerakkannya bukan dalam kerangka konsep mahasiswa tetapi pemuda, dan juga belum memiliki konsep nasionalisme yang jelas (kedaerahan) atau tujuannya. Dalam hal ini jelas bahwa walaupun konsep tentang mahasiswa, nasionalisme ataupun keadilan sosial sudah bisa masuk ke tanah jajahan Hindia Belanda, namun pada konteks jamannya semua idealisme konsep-konsep tersebut belum bisa dirumuskan. Sejarawan-sejarawan yang idealis sering mengatakan, bahwa pada tahap awal gerakan elemen-elemen pelopor, pertama-tama harus bisa merumuskan problem-problem masyarakat dan kemudian menyampaikannya dalam bentuk propaganda. Namun, realita sejarah menghidangkan kenyataan yang lain.

Pada jaman penjajahan Jepang, ruang ini tidak cukup tersedia untuk membahas gerakan mahasiswa pada masa ini, yang cukup menggairahkan untuk di analisa namun harus memperhitungkan spektrum perdebatan yang cukup luas. Jalan keluar bagi gerakan pemuda adalah gerakan bawah tanah (Underground-legal). Ramainya pamflet-pamflet gelap, dan rapat-rapat gelap yang mengakibatkan adanya penangkapan-penangkapan oleh penguasa.

Dan akhirnya pada masa kemerdekaan. Suatu momentum yang tidak disia-siakan oleh gerakan pemuda dan pelajar selain mereka melucuti senjata Jepang, juga memunculkan kembali organisasi-organisasi mereka. Pada saat belum ada pemuda dan pelajar yang berbentuk federasi, diselenggarakanlah kongres Pemuda Seluruh Indonesia.

Pergerakan Mahasiswa (by Kiani Azalea)

Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas, dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa.


Sejarah pergerakan mahasiswa dimulai pada tahun 1908. Pada saat itu para mahasiswa mendirikan suatu organisasi sebagai tempat untuk menyampaikan pikiran-pikiran kritis mereka yang kemudian diberi nama Boedi Oetomo. Tujuan organisasi ini adalah “Kemajuan yang selaras bagi negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan”.


Setelah itu mulailah bermunculan organisasi-organisasi bertujuan serupa seperti Perhimpunan Indonesia, Indische Partij, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah. Kehadiran organisasi-organisasi tersebut pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.


Saat ini semakin banyak organisasi mahasiswa yang terbentuk, bahkan dalam bentuk intra kampus. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah salah satunya. BEM merupakan lembaga eksekutif di tingkat universitas atau institut . Dalam melaksanakan program-programnya, umumnya BEM memiliki beberapa departemen. Organisasi Mahasiswa intra kampus selain BEM, adalah Senat Mahasiwa, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HIMA). Senat Mahasiswa adalah organisasi kemahasiswaan yang pembentukannya didasarkan pada SK Mendikbud No. 0459/U/1989 tentang Pedoman Dasar Organisasi Kemahasiswaan. Pembentukan Senat Mahasiswa diarahkan sebagai forum kerjasama semata-mata dan bukan untuk membentuk Student Government seperti pada zaman Dewan Mahasiswa. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi para anggota-anggotanya. Lembaga ini merupakan partner organisasi kemahasiswaan intra kampus lainnya seperti Senat Mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa, baik yang berada di tingkat program studi, jurusan, maupun universitas. Lembaga ini bersifat otonom, dan bukan merupakan sob-ordinan dari Badan Eksekutif maupun Senat Mahasiswa. Sedangkan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HIMA) adalah organisasi kemahasiswaan di tingkat Jurusan di suatu perguruan tinggi/universitas/sekolah tinggi. Keberadaan HIMA haruslah berdasarkan prinsip dari, oleh, dan untuk mahasiswa. HIMA merupakan media bagi anggotanya untuk mengembangkan pola pikir dan kepribadian yang berkaitan dengan disiplin ilmunya agar siap terjun ke masyarakat. Namun ada atau tidaknya organisasi-organisasi tersebut di atas masing-masing bergantung pada perkembangan dinamika mahasiswa di setiap kampus.

GERAKAN MAHASISWA DALAM POLITIK

GERAKAN MAHASISWA DALAM POLITIK

by Widyanti Nurul Maulina

Kehadiran gerakan mahasiswa sebagai perpanjangan aspirasi rakyat memang sangat dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik rakyat dan advokasi atas konflik-konflik yang terjadi pada penguasa. Secara umum, advokasi yang dilakukan lebih ditujukan pada upaya penguatan posisi tawar rakyat maupun tuntutan-tuntutan atas konflik yang terjadi menjadi lebih signifikan. Dalam memainkan peran yang demikian itu, motivasi gerakn mahasiswa lebih banyak mengacu pada panggilan nurani atas kepeduliannya yang mendalam terhadap lingkungannya serta agar dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup bangsanya.
Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa lebih merupakan dalam kerangka melakukan perbaikan atau kontrol atas perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami distorsi dan jauh dari komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perbaikan bagi kesejahteraan hidup rakyatnya. Oleh sebab itu, peranannya menjadi begitu penting dan berarti saat berada di tengah masyarakat. Karena begitu pentingnya, sejarah perjalanan sebuah bangsa pada kebanyakan negara di dunia telah mencatat bahwa perubahan sosial yang terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dipelopori oleh adanya gerakan perlawanan mahasiswa.peran gerakan mahasiswa tersebut sebagai pelopor dan penggerak dalam membela rakyat dari segala bentuk ketidakadilan yang terjadi di Indonesia. Mahasiswa dan gerakannya yang senantiasa mengusung simbol keadilan, kejujuran, selalu hadir dengan ketegasan dan keberanian. Walaupun memang tak bisa kita hindari bahwa faktor pemihakan terhadap ideologi tertentu turut pula mewarnai aktifitas politik mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya yang tak kalah besar dari kekuatan politik lainnya. Mahasiswa yang merupakan sosok pertengahan dalam masyarakat yang masih idealis namun pada realitasnya terkadang harus keluar dari idealitasnya. Pemihakan terhadap ideologi tertentu dalam grakan mahasiswa memang tak bisa dihindari. Pasalnya, pada diri mahasiswa terdapat sifat-sifat intelektual dalam berpikir dan bertanya segala sesuatunya secara kritis dan merdeka serta berani menyatakan kebenaran apa adanya. Sebuah konsep yang cukup ideal bagi sebuah pergerakan mahasiswa walau tak jarang pemihakan-pemihakan tersebut tidak pada tempatnya. Praduga bahwa dalam kalangan mahasiswa kita semata-mata menemukan perubahan sosial berupa simbol-simbol penuh amarah, sebenarnya harus diimbangi pula oleh kenyataan bahwa dalam gerakan mahasiswa inilah terdapat pahlawan-pahlawan damai yang dalam kegiatan pengabdiannya terutama didorong oleh aspirasi-aspirasi murni dan semangat yang ikhlas. Kelompok ini bukan saja haus pendidikan, akan tetapi memiliki hasrat untuk meneruskan dan menerapkan segera hasil pendidikannya itu, sehingga pada gilirannya mereka itu sendiri berfungsi sebagai pendidik-pendidik dengan cara-caranya yang berbeda dengan yang lain.
selama studi di kampus merupakan sarana penempaan diri yang telah merubah pikiran, sikap, dan pandangan mereka dalam merumuskan kembali masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. tidak berjalannya suatu ideologi dalam memecahkan masalah yang terjadi merangsang mahasiswa untuk mencari alternatif ideologi lain yang secara empiris dianggap berhasil. Maka tak jarang, kajian-kajian kritis yang kerap dilakukan lewat pengujian terhadap pendekatan ideologi atau metodologi tertentu yang diminati. mereka menemukan kebijakan publik yang dikeluarkan penguasa tidak sepenuhnya barjalan dengan keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang memiliki komitmen dengan mata hatinya, mereka akan merasa terpanggil sehingga terangsang untuk bergerak.
Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat jiwa cinta tanah air yang dapat membius semangat juang lebih radikal. Mereka sedikit pun takkan ragu dalam melaksanakan perjuangan melawan kekuatan tersebut. Berbagai senjata ada di tangan mahasiswa dan bisa digunakan untuk mendukung dalam melawan kekuasaan yang ada agar perjuangan maupun pandangan-pandangan mereka dapat diterima. Senjata-senjata itu, antara lain seperti petisi, unjuk rasa, boikot atau pemogokan, hingga mogok makan. Dalam konteks perjuangan memakai senjata-senjata yang demikian itu, perjuangan gerakan mahasiswa jika dibandingkan dengan intelektual profesional, lebih punya keahlian dan efektif.